Guru-guru Kampus Santa Angela Atambua |
Respon-respon semacam di atas menandakan bahwa jalan kaki merupakan sebuah aktivitas yang usang. dibayangkan kondisi manusia kala berjalan kaki: lelah, keringat bercucuran, pegal-pegal pada sekujur tubuh manusia, dan lain sebagainya. Kondisi ini tentu ingin dihindari. Kenikmatan, kemudahan, dan kecepatan dihasrati dan diimpikan setiap manusia. Berbagai sistem dan teknologi diciptakan untuk memenuhi hasrat manusia tersebut.
Misalkan, dalam domain komunikasi dan interaksi manusia, berbagai teknologi komunikasi diciptakan untuk mempermudah interaksi dan komunikasi antarmanusia. Mobilitas antarmanusia pun dipermudah dengan berbagai teknologi transportasi yang kian hari kian canggih. Jarak ribuan kilometer dapat ditempuh dalam hitungan menit. Jarak antarmanusia tidak lagi menghambat interaksi dan komunikasi antarmanusia. Kemudahan dan kecepatan ini membuat manusia menjadi asyik dan bercanda ria dengan kehidupan dan dunianya.
Dalam dunia yang serba mudah, serba cepat, dan serba asyik, berjalan kaki diantipati sudah merupakan hal yang lumrah dan sepantasnya. Berjalan kaki membuat lelah dan keringatan pada sekujur tubuh. Sebuah kenyataan jasmaniah yang tidak bisa dielak kala kita memilih yang sulit. Dan jalan yang sulit selalu mengandung di dalamnya aspek aspiratif dan inspiratif. Jalan kaki atau berjalan pun bergerak dalam arus ini.
Berjalan kaki itu baik untuk kesehatan. Ia mencegah hipertensi dan bahkan Alzeimer. Filsuf Perancis, Frederich Gros berpendapat bahwa berjalan kaki merupakan sebuah tindakan pembebasan. Karena seyogianya, berjalan kaki memungkinkan kita untuk terhubung kembali dengan diri sendiri pada tahap yang sejati. Diri sendiri sebagaimana tidak dibangun atas nama identitas tertentu (suku, agama, aliran politik, ras, etnis, dan berbagai identitas lain yang dikenakan pada manusia).
Mengapa demikian? Dalam berjalan kaki, kita sedikit.melambat dan dunia, peristiwa, orang-orang dan sekitarnya dialami secara utuh. Semua yang luput dari keseharian kemungkinan besar ditangkap oleh indera, nalar, dan nurani. Mode kecepatan membuat dunia dan seluruh dinamikanya ditangkap secara parsial. Berjalan kaki, kita sedikit melambat. Hal-hal yang lumrah dan remeh sejenak menjadi perhatian dari nalar dan nurani. Yang selama ini terkesan asing dan jauh berubah menjadi bersahabat dan dekat. Kita sejenak terkesima atau terkejut dengan berbagai situasi, kenyataan, dan orang-orang yang selama ini dijumpai. Kita menjadi semakin dekat dan akrab dengan dunia kehidupan yang mengitari hidup kita.
Kita sejenak menjadi lupa dengan kecemasan yang selama ini menggerogoti pikiran dan perasaan kita. Kita terlahir kembali menjadi makhluk yang otonom atas seluruh keputusan hidup. Kebebasan tidak lagi diintervensi oleh berbagai label politik, sosial, budaya, dan ekonomi yang dikenakan untuk mengidentifikasi seluruh keberadaan kita. Buah dari upaya untuk mengambil jeda di tengah dunia yang bergerak dalam arus kecepatan, kenikmatan, dan kemudahan.
Seyogianya, untuk mengalaminya kita hanya sejenak meluangkan waktu untuk melambat di arus kecepatan, menderita ketidaknyamanan di tengah arus kenikmatan, dan sedikit bersusahpayah di hadapan kemudahan yang disuguhkan sebagai mode of life.
Dengan Gros, kita menyadari bahwa berjalan kaki itu terapeutik untuk kesehatan mental dan tubuh. Memahami kekayaan ini dalam berjalan kaki, mungkin keluahan sebagaimana disampaikan pada awal tulisan ini tidak akan menganggu. Kita mungkin akan menyambut kekayaan ini dengan penuh sukacita dan gegap gempita.
Costa Ironi YT