Namun, ada satu hal yang tak bisa dihapus oleh waktu atau jarak rasa rindu. Ketika langkah pertama meninggalkan rumah diambil, hati dipenuhi harapan besar dan tekad untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Rindu mungkin terpendam di sudut hati, tersembunyi di balik semangat untuk mengejar masa depan. Tapi, seiring waktu berlalu, suara lembut dari rumah mulai memanggil. Seakan ada bisikan hangat yang mengatakan, "Kembalilah, kami merindukanmu."
Gubuk Tua yang Selalu Menyambut
Rumah itu—meskipun kecil, tua, dan mungkin sederhana—adalah tempat di mana segala kenangan bermula. Dinding-dindingnya menyimpan cerita masa kecil, tawa keluarga, dan kehangatan yang tak pernah pudar. Tak ada kemewahan di sana, tapi ada cinta yang melimpah. Di saat Natal tiba, bayangan rumah selalu membawa rasa hangat: aroma kue yang baru keluar dari oven, suara gelak tawa keluarga di ruang tengah, dan lilin-lilin kecil yang dinyalakan di atas meja.
Dan sekarang, di penghujung tahun, rindu itu semakin kuat. Membayangkan menyambut Tahun Baru 2025 di sana membawa kebahagiaan yang tak tergantikan. Guyuran hujan yang membasahi tubuh saat berjalan menuju gereja menjadi simbol kesegaran dan harapan baru. Lonceng gereja yang berdentang mengiringi misa malam pergantian tahun terasa seperti melodi penyatuan hati yang jauh selama ini.
Kembali ke Rumah, Kembali ke Hati
Rumah bukan sekadar tempat berlindung, tapi juga sumber kekuatan. Ia adalah tempat di mana kita selalu diterima tanpa syarat. Tidak peduli seberapa jauh langkah membawa kita, ada rasa damai ketika kita kembali. Rumah adalah tempat di mana waktu seakan berhenti, memberikan pelukan hangat yang tak bisa digantikan oleh apa pun di dunia ini.
Jadi, di akhir perjalanan tahun ini, mari kita berhenti sejenak, menutup mata, dan memanggil kembali kenangan tentang rumah. Tidak ada tempat yang lebih indah untuk menyambut tahun baru selain di tempat yang selalu memanggil kita pulang, "Rumah yang Ku Rindu."
Penulis: Nixon Tae