Tangkapan layar Empat pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) 2024-2029 dalam debat publik ketiga. |
Berikut nama Pasangan Calon dan Tagline.
- Paslon 01: Juandi David & Ronivon Natalino Bunga "Juang"
- Paslon 02 : Kristina Muki & Kornelis Naifatin "Krisna"
- Paslon 03: F.X Dwiyanto Tantry Senak & Yohanes G. Amsikan "Tem Neno Tentaram"
- Paslon 04: Yoseph Falentinus Delasalle Kebo & Kamilus Elu - "Tulus".
Tema debat publik ketiga dan juga sebagai debat terakhir kali ini dengan tema "Menyinergikan pembangunan Kabupaten TTU dengan kebijakan Provinsi dan Nasional dalam kerangka memperkokoh persatuan dan kedaulatan NKRI".
Fokus pada Kebijakan Pariwisata Berkelanjutan, pada segmen ketiga, paslon nomor urut 1 menjawab pertanyaan bertema "Strategi Transformasi Ekonomi dan Integrasi Pembangunan Pariwisata Wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang Inklusif dan Berkelanjutan". Dalam waktu dua menit, Juandi David menyoroti pentingnya pendataan sebagai langkah awal pengembangan pariwisata TTU.
Pada saat ini Calon Wakil Bupati nomor urut 01 mengambil pertanyaan dalam fish bowl dan mendapat pertanyaan D2. Dengan suptema "Kontribusi Kabupaten TTU dalam pembangunan Nasional dalam RPJPN Tahun 2025-2045 ditegaskan tentang strategi transformasi ekonomi untuk mendorong difertivikasi ekonomi dan integrasi pembangunan kepariwisataan wilayah Bali, Nusa Tenggara yang berdaya saing inklusif dan berkelanjutan". Pertanyaanya bagaimana kebijakan strategi paslon dalam memgembangkan infestasi pariwisata berkelanjutan di TTU agar terhubung dan berkontribusi secara ekonomis dengan desain pembangunan pariwisata secara regional Nusa Tenggara dan Bali?.
Jawaban dari paslon nomor urut 01 pada kesempatan itu dalam waktu 2 menit, namun David Juandi menjawab pertanyaan menyisakan waktu 43 detik.
"Untuk mengembangkan pariwisata di TTU ini adalah tidak gampang karena berkaitan dengan viskal, untuk itu kita membangun pariwisata di TTU kita perlu pendataan secara baik sehingga daerah pariwisata yang perlu kita dahulukan secara bertahap pariwisata di Kabupaten TTU bisa kita laksanakan secara bagus. Tidak semua pariwsiata di TTU harus digarap secara serentak karena berkaitan dengan keuangan Kabupaten TTU, untuk itu pendataan yang perlu diutamakan sehingga penanganan pariwisata di TTU ini bisa dilaksanakan secara baik dan terukur," ujar David.
Tanggapan Pasangan Lain.
Paslon 02 menekankan dukungan anggaran yang jelas untuk mengembangkan potensi wisata alam dan religi. Paslon ini menekankan bahwa dukungan fasilitas memadai akan menarik wisatawan, terutama karena TTU adalah gerbang depan Indonesia.
"Berkaitan dengan TTU maka tentunya daerah pariwsata juga menjadi prioritas yang perlu didorong dan dikembangkan, karena wilayah TTU berada di garda terdepannya Indonesia. Dalam mensupport anggaran, berkaitan dengan objek-objek wisata yang ada di TTU baik itu wisata alam dan religi sehingga kedua komponen ini perlu di perhatikan dengan baik dan disupport dengan anggaran. Karena disupport dengan anggran maka tentunya diisi juga fasilitas yang memadai tentu bisa mengundang orang-orang dari luar melirik pembangunan dalam konteks pariwisata, sehingga perlu diidentifikasi dengan baik agar pengangarannya jelas dan tepat sasaran," kata Kristina Muki.
Sedangkan Paslon 03 menggarisbawahi perlunya konsultasi dengan akademisi untuk mendesain potensi pariwisata TTU agar terintegrasi dengan Bali, Lombok, hingga Labuan Bajo. Perlu ahli untuk menggali potensi wisata TTU agar menjadi industri yang menghidupkan ekonomi.
"Industri pariwisata adalah industri yang bisa menghidupkan satu daerah. TTU ini penuh dengan potensi pariwisata yang luar biasa mulai dari wisata alam, budaya serta segala macam adat istiadat yang sangat kaya. Kekurangan kita adalah belum pernah ada konsultan yang bisa kita minta bantuan untuk identifikasi potensi-potensi pariwisata ini dan mendesainnya sebagai industri pariwisata. Kita seringkali mengandalkan Dinas Pariwisata padahal dinas inipun tidak terlalu paham tentang pariwisata, jadi karena itu kita harus libatkan akademisi dari kampus-kampus yang ada jurusan pariwisata ini berikan kita pandangan-pandangan tentang potensi yang ada dan skalanya itu harus terkonek dengan pariwisata yang ada mulai dari Bali, Lombok, Labuan Bajo sampai ke pulau Timor, sampai di TTU," pungkas Dwiyanto.
Tidak kalah saing dengan paslon lain, Paslon 04 menawarkan pendekatan klasterisasi, membagi wisata TTU ke dalam kelompok wisata rohani, adat, dan perbatasan demi memaksimalkan potensi ekonomi. Paslon Tulus mengatakan bahwa klasterisasi penting untuk menonjolkan keunikan TTU bagi wisatawan domestik dan internasional.
"Membangun pariwisata di TTU menurut kami paket Tulus, perlu dilakukan klasterisasi sebagai bentuk identifikasi kita terhadap apa saja yang kemudian menjadi nilai jual kepada domestik maupun manca negara. Hari ini klasterisasi itu tidak dilakukan, contoh salah satu yang terabaikan bahwa kita disebut mayoritas tetapi hari ini tidak ada klasterisasi soal wisata rohani, kedua klasterisasi soal perbatasan, hari ini pemerintah pusat menyiapkan dua perbatasan negara seperti yang kami sampaikan bahwa 30.000 (tiga puluh ribuh) pelintas batas dalam setahun tetapi kita tidak menangkap peluang itu, ketiga klasterisasi soal adat hari ini kita tidak tidak melakukan itu dan masih banyak klasterisasi yang perlu kita lakukan dalam rangka meningkatkan pariwisata untuk dikenal," pinta Yoseph.
Debat publik ini memperlihatkan beragam strategi yang diusung oleh para kandidat, mencerminkan fokus pada pembangunan pariwisata TTU yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan kawasan Bali dan Nusa Tenggara. Pendekatan berbasis data, konsultasi ahli, dan klasterisasi menjadi poin-poin kunci dalam mewujudkan potensi besar Kabupaten TTU sebagai destinasi wisata unggulan.
Penulis: Nixon Tae