Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambrosius Kodo, saat memberikan sambutan. |
“Mari kita jadikan Genta Belis sebagai langkah awal membangun masa depan anak-anak kita melalui literasi. Literasi adalah jalan menuju perubahan besar,” ujar Pj. Gubernur Andriko dalam sambutannya.
Dalam pidatonya, Gubernur Andriko menekankan pentingnya literasi sebagai fondasi pengembangan sumber daya manusia (SDM). Ia menyoroti kekayaan budaya NTT, seperti tenun khas daerah dan potensi kelautan, sebagai peluang besar yang dapat dimaksimalkan dengan SDM yang kompeten.
“Tanpa SDM yang baik, kekayaan alam kita tidak akan optimal. Dengan Genta Belis, kita ingin membentuk generasi yang kritis, kreatif, dan mampu bersaing di masa depan,” jelas Andriko.
Gubernur juga mengaitkan gerakan literasi ini dengan upaya penanganan stunting di NTT melalui Gerakan Kemanusiaan Percepatan Penanganan Stunting Terintegrasi (GKP2ST). Ia menekankan bahwa rendahnya literasi turut berdampak pada pola asuh yang buruk, salah satu penyebab utama stunting.
“Stunting berdampak pada kemampuan kognitif anak. Jika literasi dan stunting tidak ditangani bersamaan, kita akan sulit mencapai Generasi Emas 2045,” tegasnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambrosius Kodo, menyebutkan bahwa Genta Belis dirancang untuk membangun ekosistem literasi berkelanjutan. “Kolaborasi adalah kunci. Mari sukseskan gerakan ini demi masa depan generasi NTT,” ujarnya.
Perwakilan UNICEF untuk NTT/NTB, Yudhistira Yewangoe, menambahkan bahwa literasi merupakan dasar pembelajaran sepanjang hayat. “Literasi membuka peluang besar bagi anak untuk berkembang, meski tidak melanjutkan pendidikan formal,” katanya.
Melalui Genta Belis, NTT diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat secara holistik.
Editor: Nixon Tae