Halaman SMKS Katolik Kusuma Atambua (Foto: Nixon Tae) |
Suasana begitu panas, pepohonan menguning, dan dedaunan terhampar debu, menyiratkan betapa keringnya tanah yang terbelah. Namun, setelah beberapa menit berlalu, perubahan mulai terasa. Langit perlahan menyembunyikan sinarnya, dan gemuruh di langit menggema. Butiran air hujan pertama pun mulai menari di permukaan bumi yang telah merindukan kelembapan.
Dalam sekejap, atmosfer berubah. Panas yang menyengat bermetamorfosis menjadi kelembutan hujan yang turun dengan lembut. Pepohonan yang menguning seolah mendapatkan sentuhan ajaib, dan dedaunan yang terlilit debu seakan bersih dari segala kotoran. Tanah yang kering pun mulai menyerap kelembaban, menciptakan aroma yang khas setelah hujan pertama.
Makhluk hidup yang sebelumnya merasa panas dan haus, berubah menjadi sejuk dan penuh kegembiraan. Terdengar riangnya burung-burung yang menyambut hujan dengan nyanyian merdu. Setetes hujan menjadi pelipur lara bagi alam yang haus akan kelembutan. Hati ini pun gembira melihat betapa indahnya tetesan hujan pertama menyentuh bumi, menghadirkan kesegaran baru bagi alam dan jiwa yang merindukan kelembutan pelukan alam.