Wakil Gubernur NTT Josef Nai Soi saat mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur. |
Wakil Gubernur NTT yang juga merupakan Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting NTT Dr. Drs. Josef A. Nae Soi, MM yang hadir di hari kedua Rakor tersebut mengungkapkan, dalam upaya penanganan stunting di NTT diperlukan etos yang tinggi. Wagub JNS yakin bahwa stunting di NTT bisa ditekan jika ada semangat kolaborasi juga etos kerja yang tinggi dalam memerangi stunting tersebut.
“Kita memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi untuk memberantas stunting ini, maka saya sangat yakin bahwa kita pasti bisa”, ungkap Wagub JNS.
“Mari kita sama-sama bergandengan tangan, dari NTT kita tunjukan kepada dunia luar bahwa Pancasila dari NTT basmi Stunting juga dari NTT”, Tambah Sang Wagub.
Dalam Rakor tersebut, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Dr. Drs. Josef A. Nae Soi, MM juga mengungkapkan bahwa khusus untuk wilayah NTT, digunakan 3 dimensi dalam upaya memerangi stunting di provinsi ini.
"Adapun juga kita lakukan dengan implementasi dimensi fleksibilitas. Dalam hal ini saya minta mari kita sama-sama untuk rumuskan langkah-langkah yang konkrit, bertahap dan memiliki output, outcomenya. Kita melangkah dari dimensi ideal dengan standar yang diterapkan WHO dan juga dimensi realistis terkait kondisi kita dilapangan dan kita mulai sesuaikan dengan kondisi kita disini yang masih kekurangan sarana air bersih, sanitasi hingga keterbatasana infrastruktur agar bisa menemukan langkah konkrit pemecahan masalah stunting. Itu yang disebut dengan dimensi fleksibilitas,” ungkap JNS.
Menutup sambutannya Wagub JNS mengajak para peserta Rakor agar tetap satu dalam tujuan yaitu menurunkan angka stunting sampai serendah-rendahnya dengan cara menyusun berbagai target yang realistis juga output dan outcome kedepan.
“Kita semua sudah sepakat untuk satu hati, satu kata, satu tindakan agar mari setelah pulang dari sini, kita rumuskan bersama sehingga stunting ini bisa kita turunkan serendah mungkin bila perlu sampai _zero_ atau nol,” himbau Wagub JNS.
“Yang paling penting bagaimana kita menyusun target-target secara realistis, target output dan outcome dalam beberapa bulan kedepan”, ujar Wagub Josef.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH juga memaparkan kebijakan dalam penurunan Stunting di Provinsi NTT. Beliau mengungkapkan bahwa anak-anak akan tumbuh dengan kecepatan tumbuh yang sama jika kebutuhan kesehatan dan lingkungannya tercukupi.
“Anak-anak akan tumbuh dengan kecepatan tumbuh yang sama dimanapun dia lahir, dimanapun dia berada, kalau kebutuhan-kebutuhan kesehatannya dan lingkungan kebutuhannya tercukupi. Anak itu mau lahir dimanapun, dia tumbuh dengan kecepatan yang sama”, jelas dr. Maria.
Lebih lanjut Dirjen Kesmas RI ini menjelaskan bahwa saat ini telah terjadi sebuah transformasi kesehatan dimana yang perlu dilakukan saat ini adalah upaya pencegahan daripada pengobatan termasuk upaya pengentasan stunting.
“Salah satu bagian transformasi kesehatan adalah kita mau menggeser bukan pengobatan tetapi pencegahan yang diutamakan, jadi kita tidak menunggu stunting, karena kalau menunggu stunting maka pengobatannya akan lebih mahal”, paparnya.
“Untuk intervensinya yang pertama untuk remaja putri. Pesannya adalah memastikan remaja putri kita tidak anemia dan sudah ada juga program minum tablet tambah darah di sekolah dan pastinya harus makan makanan yang bergizi. Karena masih ada malaria, maka dianjurkan untuk memakai kelambu. Siswi SMP - SMA sederajat juga harus melaksanakan kegiatan aksi bergizi yang sudah diluncurkan tahun lalu oleh Pak Menkes dan sudah berjalan. Sasaran kedua adalah ibu hamil, dimana ibu hamil (bumil) tidak boleh mengalami anemia dan hemoglobinnya harus diatas 11, bumil harus mendapat makanan tambahan, ibu hamil harus periksa sebanyak 6x pada saat kehamilan dan karena masih ada malaria, maka dianjurkan untuk memakai kelambu. Semua ini dibungkus dalam gerakan Bumil Sehat yang diluncurkan oleh Pak Menkes di Kota Kupang tahun 2022 lalu. Yang terakhir untuk balita terus diukur dan ditimbang setiap bulan dan harus kita pastikan berat badannya harus selalu naik, imunisasinya lengkap, minum obat cacing dan karena masih ada malaria, maka dianjurkan untuk memakai kelambu”, papar Dirjen Maria.
Pada kesempatan tersebut Bupati Rote Ndao Paulina Haning Bulu, SE mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan Pemerintah Provinsi NTT kepada Kabupaten Rote Ndao sebagai Tuan Rumah Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting di NTT.
“Pemerintah Kabupaten Rote Ndao bersama masyarakat mengucapkan selamat datang kepada Bapak Wakil Gubernur NTT bersama Ibu Dirjen Kesmas RI juga kepada kita semua para Bupati dan Wakil Bupati dan Penjabat Walikota dan Penjabat Bupati Se Nusa Tenggara Timur, Sekda dan Para Asisten serta semua tamu undangan yang sudah hadir disini. Kami merasa terhormat menjadi Tuan Rumah meskipun baru ditunjuk pada bulan April yang lalu, tetapi kami berusaha untuk menjadi tuan rumah yang baik dan benar,” ungkap Bupati Paulina.
Bupati Paulina mengungkapkan rakor stunting menjadi sebuah fondasi yang kuat dalam upaya pengentasan masalah stunting NTT.
“Hari ini dimana para pemangku kepentingan dan ahli dibidang stunting berkumpul untuk berbagai keperluan, pengalaman serta strategi terbaik dalam menangani masalah stunting. Kami berharap agar rakor stunting ini akan menjadi fondasi yang kuat dan yang terpenting untuk bertukar ide, memperluas wawasan dan membentuk kemitraan yang kokoh dalam upaya untuk mengurangi angka stunting”, Jelas Bupati Paulina.
“Setelah ini kita semua akan kembali ke kabupaten masing-masing dengan semangat baru, semoga terus menggelorakan energi yang tinggi dan komitmen yang kuat untuk melaksanakan tindakan nyata dalam upaya pemutusan mata rantai stunting. Saya yakin bahwa dengan kerja keras, kesungguhan dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, sektor sekolah dan seluruh pemangku kepentingan, kita akan berhasil mengatasi tantangan stunting”, tambah satu-satunya Bupati perempuan di Provinsi NTT.
Dalam kegiatan Rakor ini Bupati Rote Ndao juga menganugerahkan Gelar Kehormatan atau _Susura Hada Horomatak_ kepada Wakil Gubernur NTT Bapak Josef A. Nae Soi yakni sebagai _Feto Dudu Fura_ yang berarti 'Penolong Yang Setia' dan kepada Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Ibu dr. Maria Endang Sumiwi, MPH yakni sebagai _Ina Soda Molek_ yang berarti 'Mama Pembawa Kesejahteraan'.
Juga kepada Wakil Pimpinan Momentum USAID Indonesia Ibu Dr. Esty Febriani, M.Kes yakni sebagai _Feto Uda Anin_ yang berarti 'Angin Yang Datang dan Membuat Bunga Berbuah'.
Pada kesempatan tersebut Wakil Gubernur NTT juga menyematkan Pin Bebas Stunting AKI AKB kepada Wakil Bupati Rote Ndao Stefanus M. Saek, SE, M.Si sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Rote Ndao.
Untuk diketahui hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Sikka : Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos, M.Si, Bupati Sabu Raijua : Drs. Nikodemus Nithanael Rihi Heke, M.Si, Penjabat Bupati Flores Timur : Drs. Doris Alexander Rihi, M.Si, Penjabat Bupati Lembata : Drs. Matheos Tan, MM, Wakil Bupati Nagekeo : Marianus Waja, Wakil Bupati Ende : Erikos Emanuel Rede, Wakil Bupati Ngada : Raymundus Bena, S.S, M.Hum, Wakil Bupati Manggarai : Heribertus Ngabut, S.H, Wakil Bupati Sumba Barat : John Lado Bora Kabba, S.Pd, Wakil Bupati Sumba Tengah : Ir. Daniel Landa, Wakil Bupati Timor Tengah Selatan : Johny Army Konay, SH, Wakil Bupati Belu : Dr. Drs. Aloysius Haleserens, MM, Wakil Bupati Kupang : Jerry Manafe, S.H, M.Th, Wakil Bupati Timor Tengah Utara : Drs. Eusabius Binsasi, Wakil Bupati Sumba Barat Daya : Marthen Christian Taka, S.IP dan Sekda Alor : Drs. Soni O. Alelelang.*