Opini Nama: Kayetanus Wegu Mahasiswa:Universitas Widya Mandira Kupang Fakultas: Filsafat |
Media informasi dan komunikasi tentu dapat berdampak buruk bagi kehidupan bersama manusia sebagai makluk sosial, jika salah dalam menggunakannya. Secara khusus dalam kehidupan sosial, secara pribadi manusia berusaha untuk mencari identitas atau berusaha untuk menemukan identitas baru sesuai dengan apa yang dilihatnya dalam media infomasi dan komunikasi.
Hal ini dapat digarisbawahi bahwa dalam diri manusia adanya rasa ketidakpuasan dengan apa yang dimilikinya pada saat ini. Budaya ikut arus semakin merajarela. Semua akan dilakukan demi sebuah popularitas dan menaggalkan nilai etika dan moral yang seharusnya dijunjung tinggi.
Lemahnya nilai moral dalam kehidupan bersama, maka perkembangan teknologi menyebabkan Dukha manusia. Berkaitan dengan persoalan-persoalan ini sebagai manusia yang berakal budi harus membangun komitmen dalam diri untuk bagaimana menghadapi pengaruh media informasi dan komunikasi pada saat ini.
Dalam pemahaman Filsafat India bahwa hanya Brahman dan Atman yang benar dan nyata. Atman adalah jiwa individual. Atman adalah kehendak yang ada dalam diri manusia. Brahman dan Atman sebetulnya identik karena Atman itu sendiri tidak lain adalah Brahman yang terbebas yang ada dalam diri manusia, bersifat imanen dan merupakan asas hidup dalam diri manusia.
Realitas yang ada dalam dunia ini yang secara horizontal mencakup gagasan bimasakti yang tak terhitung jumlahnya. Secara vertikal meliputi berbagai lapisan yang tak terbilang banyaknya dan dari segi waktu meliputi siklus yang tak terkira banyaknya adalah maya. Sehingga dunia tidak perlu dipandang secara sungguh-sungguh, karena dunia hanyalah sebuah permainan yang bersifat sementara dimana manusia bertindak sebagai salah satu komponen yang lebih unggul dari komponen realitas lainnya dan dituntut untuk menjaga keselarasan kehidupa di dunia dengan perilaku yang baik.
Maka, dalam etika atau perilaku manusia, filsafat india menganjurkan manusia agar berperilaku baik, karena setiap perilaku akan membawa akibat bagi kehidupan yang akan datang. Sebagaimana diketahui dalam konsep agama Hindu tujuan akhir manusia adalah mencapai kesatuan dengan Brahman.
Dalam filsafat India kita juga akan mengenal tentang Dharma. Dharma merupakan doktrin atau pokok ajaran dari agama Budha yang dirumuskan dalam empat kata; Dukha, Samudaya, Nirodha dan Marga. Di dalam ajaran tentang Dharma banyak menyinggung dan membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya, baik yang berkaitan dengan ciri manusia sendiri maupun hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta dengan segala isinya.
Dukha Manusia
Dukha dalam ajaran tentang Dharma jika diterjemahkan secara bebas diartikan sebagai sebuah penderitaan, tetapi Dukha memiliki arti yang lebih mendalam yaitu ketidakpuasan. Maka, semua makluk hidup dan keberadaannya adalah Dukha atau manusia adalah pribadi yang dalam diri terdapat rasa ketidakpuasan akan segala sesuatu termasuk apa yang ada dalam dirinya sendiri.
Dalam kehidupannya manusia diberikan kebebasan untuk membentuk dirinya. Akan tetapi dari kebebasan itu manusia dituntut untuk bertanggungjawab akan segala sesuatu yang akan dan telah dilakukannya. Terkadang manusia bisa menjadi baik dan jahat tergantung pada apa yang dilakukannya. Sehingga segala penilaian baik dan buruknya seseorang tergantung pada apa yang dilakukannya.
Dalam diri manusia adanya kebutuhan dan keinginan yang menggugat manusia untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi jika keinginan dalam diri manusia bersifat dominan maka ketidakpuasan atau Dukha akan selalu membuat manusia menderita.
Pembebasan Diri Dari Dukha atau Ketidakpuasan
Pada saat sekarang ini manusia hidup dalam dilema akan kebutuhan yang sudah tercapai dan keinginan yang belum tercapai. Jika keinginan yang terus mendominasi kehidupan manusia, maka manusia akan terus merasa tidak puas, sehingga membuat manusia yang dipenuhi oleh kebebasan akan merasa menderita karena apa yang menjadi keinginan dalam diri belum tercapai. Perkembangan teknologi telah menghadirkan berbagai tawaran yang menggiurkan.
Teknologi memberikan gambaran kepada manusia sesuatu yang kelihatannya sempurna dan ideal tetapi bersifat palsu atau tidak nyata, Sehingga apa yang tampak itu membuat manusia semakin bergairah untuk mencapainya. Pengaruh teknologi meskipun memberikan gambaran yang belum tentu jelas, akan tetapi sangat mempengaruhi manusia. Sehingga berpatokan pada apa yang tampak dan gambaran tentang kesempurnaan dari dunia maya yang abstrak atau dengan kata lain sesuatu yang belum tentu bisa dicapai oleh manusia.
Akan tetapi karena ketidakpuasan manusia dan segala kesempurnaan yang diperoleh dalam dunia maya membuat manusia selalu mempunyai keinginan untuk menggapainya. Karena merasa diri kurang sempurna manusia akan terus terpuruk dalam keputusasaan dan penderitaan yang terus berlanjut.
Bagaimana manusia harus membebaskan diri dari Dukha? Manusia merupakan pribadi yang unik dan istimewa karena memiliki akal budi yang membantu manusia untuk melihat mana yang baik dan buruk, mana yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Jika manusia secara penuh menggunakan akal budinya dalam menilai dan melakukan sesuatu tentu dengan sendirinya akan terbebas dari ego dan ketidakpuasan dalam diri.
Karena keinginan dalam diri manusia menimbulkan rasa ketidakpuasan dan ketidakpuasan akan membawa manusia pada suatu penderitaan, maka untuk membebaskan diri manusia harus melepaskan dan membiarkannya pergi. Kembali kepada konsep Filsafat India dalam ajaran Budha bahwa pelepasan diri dari penderitaan merupakan pencapaian tertinggi manusia untuk menggapai kebahagiaan.
Ajaran tentang kelepasan dalam agama Hindu disebut Moska. Moska merupakan suatu keadaan dimana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan. Moska berasal dari bahasa sansekerta yakni “Muc” yang berarti melepaskan atau membebaskan. Maka untuk membebaskan diri dari ketidakpuasan manusia di era perkembangan teknologi pada saat ini, manusia harus kembali kepada kenyataan tertinggi bahwa segala keberadaannya adalah sempurna dan istimewa.**