Notification

×

Iklan

Iklan

Akibat Rabies 10 Orang di NTT Meninggal Dunia, Masyarakat Dihimbau Segera Lakukan Pencegahan

Jumat, 23 Juni 2023 | 8:18 PM WIB | Di Baca 0 Kali Last Updated 2023-06-23T12:23:12Z

 

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Yohana E Lisapaly (kiri), didampingi Kabiro Administrasi Pimpinan Setda NTT, Pricilla Parera (tengah) dan Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTT, Ruth Laiskodat (kanan) saat memberikan keterangan pers di gedung kantor Gubernur NTT pada Jumat, 23 Juni 2023. (Foto: Nixon Tae).

Kupang,Timorexotic.com|| Akibat dari gigitan hewan rabies yang tertular di beberapa Kabupaten di NTT, menyebkan 10 orang telah meninggal dunia. Hewan rabies (anjing) pada awalnya hanya di Pulau Flores, Lembata akan tetapi kini telah menular hingga Pulau Timor secara kusus di Timor Tengah Selatan (TTS).

Jumlah orang yang meninggal dunia karena virus rabies dari Januari hingga Juni 2023 ada 10 orang yakni; Manggarai Timur 2 orang, Ende 2 orang, Manggarai 2 orang, Sikka 1 orang, TTS 3 orang. 


Rabies merupakan suatu virus mematikan yang menyebar ke manusia dari air liur hewan yang terinfeksi, tetapi masyarakat tidak perlu panik karena virus itu bisa di cegah. Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki hewan peliharaan seperti; anjing, kucing, kelelawar dan kera untuk segera melakukan pencegahan-pencegahan agar virus rabies tidak semakin meluas. 


Demikian disampaikan Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Yohana E Lisapaly, didampingi Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTT, Ruth Laiskodat dan Kabiro Administrasi Pimpinan Setda NTT, Pricilla Parera saat memberikan keterangan pers di gedung kantor Gubernur NTT pada Jumat,(23/06/23).


Yohana E. Lisapaly menjelaskan, kondisi terkini kasus rabies di TTS terkomfirmasi sebanyak 515 gigitan, belum ada gejala 448 orang, gejala yang tidak khas rabies 63 orang, gejala khas rabies 4 orang.


"Dari 515 gigitan bukan semunya kerena anjing yang terinfeksi rabies, data itu dari 28 kecamatan 131 desa di TTS. Kalau hewan itu terinfeksi virus dan dilakukan pemotongan, lalu air liurnya tersiram ke mata atau luka manusia itu juga bisa tertular, tetapi biasanya lewat gigitan," jelas Yohana.


Yohana menerangkan, pencegahan menjadi hal yang sangat penting dengan melakukan vaksinasi terhadap hewan penular rabies (HPR). "Agar hewan mendapatkan kekebalan kelompok minumum 70 persen dari populasi itu harus di vaksin," terangnya. 


Selain itu, pencegahan lain yang perlu dilakukan untuk  hewan penular rabies (HPR) perlu diikat atau di kandangkan, jika tidak dikandangkan akan di eliminasi dengan sistem tembak.

"Tanda-tanda hewan terinfeksi rabies dia akan memyendiri, reaktif menggigit benda di sekitarnya, gelisah takut air dan takut cahaya. Kalau sudah seperti itu bisah di musnahkan tetapi ada UU nya dengan cara kesejahteraan hewan," jelas Yohana.


Kadis Peternakan NTT menyatakan,kabupaten di Pulau Timor selain TTS dikatakannya kabupetan terancam dan terduga. Menanggapi hal tersebut Pemerintah Provinsi NTT telah melakukan konfirmasi dengan pemerintah pusat untuk lakukan upaya pencegahan. 


"Bapak Gubernur sudah mengunjungi langsung korban rabies di TTS dan saat itu pun langsung mengumumkan agar masing-masing daerah diisolasi, sehingga semua daerah di pulau timor tidak ada keluar masuk ke daerah lain membawa hewan penular rabies, bahkan sudah membuat posko pencegahan," ucapnya.


Terkiat kuota vaksin di tahun anggaran 2023 terdapat 17.500 dosis dalam proses, namun 6.000 telah diberikan kepada Kabupaten TTS. Bantuan dari Kementerian Peternakan sudah membantu melalui Non Government Organization (NGO), World Health Organization (WHO) badan kesehatan dunia. 

"NGO akan membantu untuk NTT 200.000 dosis yang akan dikirim pertama 100.000 dosis," jelas Yohana.

Penulis: Nixon Tae 


×
Berita Terbaru Update